Social Icons

twitterfacebookgoogle plustumblrrss feedemail

Rabu, 04 Mei 2011

Macam-Macam Tauhid



Pembagian tauhid memang belum dikenal pada zaman Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam. Akan tetapi, secara hakikat, pengklasifikasian tauhid ini telah ada. Sebagaimana para ulama memunculkan nama berbagai disiplin ilmu agama seperti ilmu nahwu, ilmu shorof, tafsir, dan ilmu-ilmu lain yang berkaitan dengan ilmu agama. Pada zaman Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam tidak ada nama-nama disiplin ilmu tersebut, tetapi pada hakikatnya semua itu telah ada pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Memang, para shahabat tidak pernah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pelajaran nahwu, shorof, ushul tafsir, ataupun ushul hadits. Tetapi hakikat ilmu ini telah ada dalam ajaran yang disampaikan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam.1
Para ulama menjelaskan bahwa tauhid terbagi menjadi tiga, yaitu Tauhid rububiyah, Tauhid uluhiyah, dan Tauhid asma’ wa shifat.

1.    Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah adalah pengakuan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah yang tunggal dalam penciptaan semesta alam, yang mengatur, menghidupkan, mematikan, dan memberi rezeki, serta memiliki kekuatan yang hebat dan kokoh.
Pengakuan jenis tauhid yang seperti ini sebenarnya telah tertanam di dalam fitrah sehingga hampir-hampir tidak seorang pun dari seluruh umat manusia yang mengingkarinya.2
Tauhid Rububiyah mencakup keimanan terhadap tiga hal, yaitu:
1. Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah secara umum, seperti menciptakan, memberikan rizki, menghidupkan, mematikan, dan lain-lain.
2.     Beriman kepada qadha dan qadar Allah ta’ala
3.     Beriman kepada keesaan Dzat-Nya.3
Pengakuan seseorang terhadap tauhid rububiyah tidak cukup untuk memasukkan seseorang ke dalam Islam, tidak cukup menjadikannya seorang yang bertauhid. Orang-orang kafir yang diperangi Rasulullah juga menetapkan bahwa Allah adalah Dzat yang mencipta dan yang mengatur segala urusan makhluknya.4

2.    Tauhid Uluhiyah
Yaitu mengesakan Allah ta’ala dalam ibadah, seperti do’a, isti’anah, istighasah, takut, harap, cinta, tawakal, bernadzar, menyembelih dan macam-macam ibadah lainnya. Tauhid merupakan asas bagi daulah Islamiyah yang benar dan wajib memberantas dan memerangi apa saja yang mengurangi tauhid berupa syirik besar atau yang menafikan kesempurnaan iman berupa syirik kecil dan perbuatan bid’ah. Oleh karena itu, dakwah para Nabi dan Rasul ialah menetapkan perkara ini. Allah ta’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
“Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Aku, maka beribadahlah kepada-Ku.” (QS. Al-Anbiyaa’: 25)5
Tauhid inilah yang dituntut harus ditunaikan oleh setiap hamba sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah ta’ala, sebagai konsekuensi dari pengakuan mereka tentang Rububiyah dan kesempurnaan nama dan sifat Allah ta’ala. Kemurnian tauhid uluhiyah akan didapatkan dengan mewujudkan dua hal mendasar, yaitu:
1.   Seluruh ibadah hanya diperuntukkan kepada Allah ta’ala saja, bukan kepada yang lainnya.
2.   Dalam pelaksanaan ibadah tersebut harus sesuai dengan syari’at Allah ta’ala.6
Tauhid uluhiyah, diingkari oleh kebanyakan manusia. Misi para Rasul dan diturunkannya kitab-kitab-Nya adalah untuk mengajak manusia kepada tauhid ini. Tauhid ini telah diingkari oleh orang musyrik dahulu dan sekarang. Keingkaran mereka ini tergambar pada peribadatan mereka terhadap pohon, batu, patung, kubur, dan kubah-kubah di kuburan. Termasuk juga peribadatan kepada para syaikh (tokoh spiritual) kaum shufi. Mereka mempunyai keyakinan bahwa semua hal itu dapat memberi manfaat atau mudharat selain dari Allah subhanahu wa ta’ala. Anehnya, di antara mereka ini ada yang menisbatkan diri kepada Islam.7

3.    Tauhid Asma’ Wa Shifat
Jenis ketiga adalah tauhid asma wa shifat. Yang dimaksud tauhid ini adalah menetapkan sifat-sifat kesempurnaan bagi Allah sebagaimana yang telah ditetapkan-Nya untuk diri-Nya atau ditetapkan oleh Rasul-Nya. Begitu pula meniadakan sifat-sifat kekurangan yang ditiadakan oleh Allah dari diri-Nya atau ditiadakan oleh Rasul-Nya.8
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tauhid asma’ wa shifat adalah sebagai berikut:
1.     Harus menetapkan semua nama dan sifat Allah ta’ala, dan tidak menafikan (meniadakan) dan tidak pula menolaknya.
2.   Tidak boleh melampaui batas dengan menamai atau mensifati Allah ta’ala di luar nama dan sifat yang telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
3.    Tidak menyerupakan nama dan sifat Allah ta’ala dengan nama dan sifat para makhluk-Nya
4.   Tidak perlu (dan tidak memungkinkan) untuk mencari tahu hakikat (bentuk sebenarnya) dari sifat-sifat Allah tersebut.
5.      Beribadah kepada Allah ta’ala sesuai dengan konsekuensi nama dan sifat-Nya.9



Footnote:
  1. Qowaidul Arba’, Gerbang Pemahaman Tauhid. Ust. Afifi Abdul Wadud. Hal 66. Penerbit Pustaka Muslim. 
  2. Sudah Benarkah Aqidah Kita? (terjemah Al-Irsyad ila Shohih al-i’tiqod). Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan. Hal. 23. Penerbit Pustaka Ash-Shahihah. 
  3. Al-Madkhal li Dirasatil Aqidah Islamiyyah, hal. 87. via Mutiara Faidah Kitab At-Tauhid. Ust. Abu Isa Abdullah bin Salam. Hal. 9. Penerbit Pustaka Muslim. 
  4. Qowaidul Arba’, Gerbang Pemahaman Tauhid. Ust. Afifi Abdul Wadud. Hal 65. Penerbit Pustaka Muslim. 
  5. Mulia dengan Manhaj Salaf. Ust. Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Hal 252-253. Penerbit Pustaka At-Taqwa. 
  6. Al-Madkhal li Dirasatil Aqidah Islamiyyah, hal. 94. via Mutiara Faidah Kitab At-Tauhid. Ust. Abu Isa Abdullah bin Salam. Hal. 12. Penerbit Pustaka Muslim. 
  7. Sudah Benarkah Aqidah Kita? (terjemah Al-Irsyad ila Shohih al-i’tiqod). Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan. Hal. 171. Penerbit Pustaka Ash-Shahihah. 
  8. Sudah Benarkah Aqidah Kita? (terjemah Al-Irsyad ila Shohih al-i’tiqod). Syaikh DR. Shalih bin Fauzan al-Fauzan. Hal. 171-172. Penerbit Pustaka Ash-Shahihah. 
  9. Mu’taqod Ahlus Sunnah wal Jama’ah fi Tauhidil Asma wa Shifat, hal. 40-41. via Mutiara Faidah Kitab At-Tauhid. Ust. Abu Isa Abdullah bin Salam. Hal. 10. Penerbit Pustaka Muslim.
Selesai disusun malam hari, 1 Jumadil Tsani 1432 H, 4 Mei 2011, @Wisma Darus Shalihin
artikel rahadianfaisal.blogspot.com
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar