Social Icons

twitterfacebookgoogle plustumblrrss feedemail

Sabtu, 02 April 2011

10 Alasan untuk (Tidak) Pacaran [1]

Segala puji  bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan para shahabatnya.
Pacaran merupakan hal yang dianggap lumrah di zaman sekarang. Orang tua membiarkan anaknya berpacaran, guru-guru di sekolah pun menganggap hal yang biasa jika ada muridnya yang berpacaran. Padahal sudah jelas hukum berpacaran dalam Islam.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلً
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”(QS. Al Isro’ : 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang. Setiap muslim yang masih berakal sehat pasti meyakini kalau pacaran itu merupakan suatu sarana mendekati zina.
Ingatlah kaidah: segala sesuatu yang Allah haramkan pasti tedapat mafsadah (keburukan) di dalamnya, baik sesuatu itu mafsadah 100%, maupun mafsadahnya lebih besar daripada maslahah (kebaikan)nya.
Sebenarnya alasan apa yang menyebabkan para pemuda berpacaran?
Mari kita simak 10 alasan seorang pemuda melakukan pacaran.

1.      Supaya Dianggap Keren
Banyak di antara para pemuda berpacaran dengan alasan supaya dianggap keren oleh teman-temannya. Padahal keren di mata manusia tidak berarti keren di mata Allah.

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sungguh, yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertaqwa.” (Qs. Al Hujurat: 13)

Ketaqwaanlah yang membuat kita mulia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala, bukan kemaksiatan (pacaran). Akankah kita menukar kemuliaan di sisi Allah subhanahu wa ta’ala yang Maha Mulia dengan kemuliaan semu di sisi makhuk-Nya yang hina?

2.      Sebagai Usaha untuk Mencari Pendamping Hidup
Banyak yang menganggap pacaran adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pendamping hidup, tanpa pacaran seseorang tidak akan mendapatkan jodohnya. Padahal Islam sebagai agama yang sempurna, pasti telah menjelaskan cara mendapatkan jodoh yang sesuai dengan syari’at.
Bahkan Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula).” (Qs. An-nur: 26).

Seorang muslim/muslimah yang masih bersih fitrahnya pasti menginginkan menikah dengan seseorang yang baik agamanya. Akankah seorang laki-laki atau wanita yang baik didapatkan dengan cara pacaran?
Jodoh yang baik diperoleh dengan cara kita senantiasa berusaha memperbaiki diri agar menjadi pribadi  yang baik, meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan, dan bertaubat menyesali kesalahan-kesalahan yang dulu telah diperbuat.
Masihkah anda berpikir untuk mendapatkan jodoh dengan pacaran?
3.      Sebagai usaha mengenal pasangan sebelum menikah
Banyak yang melakukan pacaran dengan alasan untuk mengenal pasangan sebelum melangkah ke jenjang yang lebih serius. Katanya agar tidak seperti membeli kucing dalam karung. Benarkah dengan pacaran seseorang bisa mengenal pasangan lebih jauh? Apakah pernikahan yang dilakukan tanpa pacaran ibarat membeli kucing dalam karung?
Pacaran memang bisa membuat seseorang mengenal sebagian sifat pasangannya. Akan tetapi, seseorang yang berpacaran pasti hanya menunjukkan hal-hal yang baik saja kepada pasangannya. Pacaran, sebagai hubungan tanpa tanggung jawab yang jelas, tentunya tidak bisa menunjukkan karakter asli seseorang. Bahkan tidak jarang seseorang menyesali perubahan tingkah laku pasangannya setelah menikah. Pasangannya tidak lagi baik, mesra, sabar, dan perhatian setelah menikah, tidak sama seperti saat pacaran dulu.
Islam, sebagai agama yang sempurna, pasti sudah mengatur bagaimana agar seseorang mengenal pasangannya sebelum menikah yaitu dengan nazhor. Caranya yaitu pertama, pilihlah calon yang baik. Mantapkan pilihan hati dengan melakukan sholat istikharah. Kemudian datangi untuk nazhor. Nazhor adalah memandang keadaan fisik wanita yang hendak dilamar, agar keadaan fisik tersebut dapat menjadi pertimbangan untuk melanjutkan melamar wanita tersebut atau tidak.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian meminang wanita, maka jika dia bisa melihat apa yang mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah” [HR. Abu Dawud].
Namun dalam nazhor disyaratkan beberapa hal yaitu, dilarang dilakukan dengan berduaan namun ditemani oleh mahrom dari sang wanita, kemudian dilarang melihat anggota tubuh yang diharamkan, namun hanya memandang sebatas yang dibolehkan seperti wajah, telapak tangan, atau tinggi badan.
Dalil-dalil tentang adanya nazhor dalam Islam juga mengisyaratkan tentang terlarangnya pacaran dalam Islam. Karena jika calon pengantin sudah melakukan pacaran, tentu tidak ada manfaatnya melakukan Nazhor.
Mengenal calon juga bisa dilakukan dengan bertanya kepada orang-orang yang dekat dengan sang calon. Hal ini tentu lebih obyektif daripada mencoba mengenalinya sendiri lewat pacaran.
-bersambung, insya Allah-


pagi hari yang cerah, 28 Rabiu tsani 1432 H, 2 April 2011, @Wisma Darus Shalihin
artikel rahadianfaisal.blogspot.com

Lanjutan:
-10 Alasan untuk (Tidak) Pacaran [2]
-10 Alasan untuk (Tidak) Pacaran [3, selesai]

4 komentar:

  1. Bagus sekali gan, artikel ini membantu saya tetap untuk tidak pacaran. Hhh


    W tunggu kelanjutanya gan,..

    BalasHapus
  2. @D Rifals: Iya gan. Ga usah pacaran lagi. OK ditunggu ya!

    BalasHapus
  3. artikel yg sangat bagus

    saya izin share di kaskus ya agar lebih banyak yg baca, sumbernya akan dicantumkan :)

    terima kasih

    BalasHapus